Peristiwa Isra’ dalam Pandangan Sains
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Keterpaduan Islam
dan Sains
Dosen Pengampu: Noor Saif Muhammad Mussafi, M.Sc.
Disusun oleh :
Kelompok 2
Addina Azca Cahyasari (12600008)
Septi Yana Wulandari (12600011)
Rohmad Afdul Aziz (12600020)
Yunistisa Ananda (12600023)
Luthfi Nur Azizah (12600027)
Nurika Miftahuljannah (12600028)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN
KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
PENDAHULUAN
Isra’mi’raj merupakan
peristiwa yang sangat besar dan penting dalam sepanjang sejarah islam.Isra’
Mi’raj murni merupakan peristiwa kenabian yang bukan untuk diteladani, namun
dapat diambil hikmah dan dipelajari pesan tersembunyi di dalamnya. Satu-satunya
hasil perjalanan Isra’ Mi’raj yang langsung mengena dan harus dijalankan oleh
seluruh Muslim adalah Sholat wajib lima waktu dalam sehari semalam. Sehingga
tidak heran apabila peristiwa ini dikenang sepanjang masa dan diperingati
sebagai peristiwa besar dalam sejarah islam, baik dalam konteks keimanan maupun
dalam ilmu pengetahuan. Dengan isra’ mi’raj maka keterpilihan nabi Muhammad SAW
sebagai kekasih Allah tampak jelas dan tegas. Ketika nabi Muhammad merasakan kesedihan
karena wafatnya paman Abu Thalib dan isterinya Siti Khadijah serta penolakan
sebagian masyarakat mekah, kemudian Allah berkenan menghibur sang Nabi dengan
memperjalankannya melintasi alam semesta yang begitu luas.
Peristiwa isra’ mi’raj
ini tidak sepenuhnya dapat diterima oleh akal pikiran manusia karena pada zaman
tersebut suasana peradaban yang tergolong terbelakang dari sisi sains dan
teknologi.Rasulullah mengalami perjalanan yang sangat mengherankan bahkan bisa
disebut mustahil. Menurut masyarakat pada zaman itu, peristiwa tersebut sama
sekali tidak masuk akal karena tidak mungkin seorang manusia bisa menempuh
jarak sejauh itu dengan waktu kurang dari satu malam. Sehingga mereka
menganggap bahwa Rasulullah hanya berbohong belaka.Tetapi dalam benak mereka muncul
suatu keraguan karena Nabi Muhammad dikenal sebagai orang yang tidak pernah
berbohong.
Dalam makalah ini,
dikarenakan keterbatasan dari penulis, maka kami hanya membahas tentang
bagaimana Isra’ itu terjadi dan mengaitkannya dengan ilmu pengetahuan
(sains).Mi’raj sendiri tidak menjadi bahasan dalam tulisan ini karena menurut
kami, pembahasan mengenai mi’raj karena Mi’raj dipandang sebagai perjalanan
keluar dari dimensi ruang dan waktu.Di dalam jagat raya dua dimensi masih
terdapat ruang ekstra diluar jagat raya.Jika ruang antar bintang maupun antar
galaksi dipandang sebagai langit-langit material, maka langit immaterial adalah
langityang berada diruang ekstra.Karena ruang ekstra tersebut berada diluar
ruang material, maka hukum-hukum ruang-waktu yang yang kita kenal bisa jadi
tidak berlaku disana sehingga perjalanan Mi’raj melalui beberapa lapis langit
dapat berlangsung secara singkat.
Penulis mencoba
mengintegrasikan dan mengkoneksikan antara ayat Al-qur’an tentang perjalanan
Rasulullah dan hadist dalam peristiwa Isra’ dengan ilmu sains modern agar dapat
diterima akal pikiran manusia.
Melalui tulisan ini,
diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih rasional tentang perjalanan
Rasulullah dalam peristiwa Isra’ dengan ilmu sains modern kepada pembaca.
BAB II
ISI
A.
Pengertian Isra’ dan Mi’raj
Isra’
menurut bahasa berasal dari kata asra-yusri adalah berjalan di waktu
malam atau membawa pelita diwaktu malam.Tentang makna ini diungkap didalam al-Qur’an QS Al
Dukhan (44) ayat 23 dan QS Hud (11) ayat 81.Menurut istilah adalah perjalanan
Nabi di waktu malam hari dari Masjid Al-Haram Mekah ke Masjid Al-Aqsha
Palestina dalam waktu relatif singkat menjelang Mi’raj.Ini ditegaskan dalam al-Isra (17) ayat 1 secara
eksplisit.
Mi’raj
secara bahasa berarti ‘araja, ya’ruju berarti alat untuk naik atau
tangga.Hal ini sejalan dengan QS al-Ma’arij (70) ayat 3. Menurut istilah, Mi’raj adalah
naiknya Nabi Muhammad SAW, dari Masjid Al-Aqsha ke langit sampai Sidratul Muntaha,
terus sampai ke tempat yang paling tinggi untuk menghadap kepada Allah SWT.
Tentang Mi’raj Al-qur’an
tidak pernah menyebutkan secara ekspisit, namun para ulama menyimpulkan bahwa
surat al-Isra’ (17) ayat 60 dan an-Najm (53) ayat 1-18 merupakan hujjah bagi peristiwa Mi’raj, apalagi
esensinya sama dengan hadist-hadist Mi’raj.
Kedua
peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 27 Rajab satu tahun sebelum hijrahnya
Nabi atau tahun ke-12 setelah kerasulan, tepatnya tahun 622 Masehi. Hal ini
disampaikan oleh kebanyakan ahli sejarah, yang mengatakan bahwa Isra’ Mi’raj
terjadi ketika Rasul akan hijrah ke Madinah kira-kira satu setengah tahun lagi
(pertengahan tahun 12 dari kenabian). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
peristiwa ini terjadi pada tahun 622 Masehi.
Namun, pada berbagai buku sejarah dikemukakan bahwa Isra’
Mi’raj terjadi pada tahun 621 M atau tahun 10/11 dari kenabian.Jumhur ulama
menyebutkan tanggal 27 Rajab. Dirunut dengan sistem Gregorian Converter edisi 1996-1997, malam
27 Rajab pada tahun 621 M, berada pada hari Selasa malam Rabu, sedangkan malam
Jum’atnya tanggal 29 Rajab bertepatan dengan 26 Februari 621 M. Penanggalan yang lebih
masuk akal yaitu Isra’ Mi’raj
terjadi pada malam Jum’at 27 Rajab bertepatan tanggal 7 Maret 620 M.
B. Latar Belakang Terjadinya Isra’ Mi’raj
Selama 12 tahun dari kerasulan Nabi Muhammad merupakan
tahun-tahun yang berbahaya.Rasulullah menghadapi masyarakat yang masih banyak
yang acuh tak acuh, mendustakan agama, bahkan sampai menyerang Rasulullah
secara terang-terangan. Masuk
Islamnya Umar bin Khattab, seorang tokoh Quraisy yang berpengaruh, memberikan
angin segar bagi Rasulullah. Namun, kaum Quraisy menjadi marah karena merasa
tokoh mereka dijebak.Mereka kemudian menggunakan semua daya dan upaya untuk
menangkan Rasulullah, namun hasilnya sia-sia. Sebab, ada Abu Thalib, paman Rasulullah,
satu-satunya bangsawan dari Bani Hasyim yang cukup berwibawa, dihormati dan
ditakuti. Tekanan
dari suku Quraisy yang bertubi-tubi merupakan tempaan tersendiri bagi keyakinan
Rasulullah.
Pada
tahun ke-12 kerasulan, istri Nabi Muhammad SAW yaitu Siti Khadijah binti
Khuwalid sebagai pendamping dalam perjuangan Rasulullah SAW dan paman
Rasulullah, Abu Thalib, meninggal dunia.Peristiwa ini membuat kondisi Nabi
Muhammad menjadi kritis. Salah satunya karena paman Nabi meninggal dunia belum
membawa iman yang diharapkan.
Para
ulama berpendapat bahwa peristiwa kematian istri dan pamannya merupakan latar
belakang dan kasualitas pada proses terjadinya Isra’ Mi’raj.Disamping karena paman dan istrinya wafat, seruan di
Thaif, tempat kediaman berbagai suku Arab dan di musim-musim mereka, semuanya
belum membuahkan hasil.
C. Riwayat Isra’ Mi’raj
Pada
suatu malam, terbukalah atap rumah Nabi di Makkah, diringi dengan turunnya
Jibril menjemput Rasulullah, lantas dibawa ke Ka’bah.Didekat Ka’bah yakni pada Hijr, Rasulullah berbaring antara
tertidur dan terjaga.Kemudian Jibril memegang beliau, kemudian membelah dada
beliau diantara bawah leher sampai pusar. Hati beliau dibersihkan dan disucikan
dengan air Zamzam yang kemudian disiram dengan iman dan hikmah, serta diliputi dengan sikap belas
kasihan (hilm), ilmu, keyakinan dan keislaman, lantas ditangkupkan
kembali.
Kemudian
kepada beliau didatangkan sejenis kendaraan yang bentuknya panjang dan warnanya
putih bersih, setiap kali melangkah, sampailah ia hingga habis pemandangan
manusia, dan kendaraan itu dinamakan Jibril dengan Buraq. Dari Ka’bah,
Rasulullah diiringi Jibril menuju Bait al Maqdis di Palestina. Sesampainya di
Palestina, Buraq ditambatkan pada tempat dimana Nabi-Nabi terdahulu melakukan
hal yang sama. Kemudian beliau memasuki kompleks masjid melakukan sholat dua
rakaat, setelah itu keluar lagi.
Jibril
membawakan du bejana berisi arak dan susu, Nabi disuruh memilih, dan beliau
memilih susu dan meminumnya. Setelah habis sepertiga, Rasulullah berhenti
minum.Jibril berkata pada beliau bahwa beliau telah memilih di atas
fitrah.Seandainya Nabi memilih arak, niscaya sesatlah umat Nabi.
Sesudah
itu, Rasulullah diiringi Jibril bertolak dari dari kubah batu, mengendarai Buraq ke langit pertama.Sesampainya di
langit pertama, Jibril meminta izin untuk melaluinya. Oleh penjaga langit,
ditanya “ Siapakah ini?”. Dijawab, “Jibril.” Ditanyakan juga, “Siapakah yang
bersama engkau?” Jawabnya, “Muhammad.” Kemudian ditanyakan, “Apakah telah
mendapat panggilan?” Jibril menjawab, “Ya, ia telah ,mendapat panggilan.” Sesudah mendengar
jawaban itu, penjaga langit membukakan pintu untuk Nabi dan Jibril sembari
mengucapkan sambutan yang baik terhadap kedatangan Nabi.Prosesi penyambutan
serta penghormatan tersebut yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW selalu
berulang setiap kali memasuki pintu setiap langit.
Di
langit pertama, Nabi bertemu dengan Nabi Adam, dan Jibril meminta Rasulullah
untuk memberikan salam yang disambut Nabi Adam dengan salam yang lebih baik
sambil menyambut kedatangan Rasulullah serta mendoakan kebaikan baginya
layaknya sambutan seorang ayah kepada anak. Setelah itu, Nabi melihat
sayup-sayup yang hitam di sebelah kanan dan sebelah kiri nabi Adam.Apabila Nabi
Adam menoleh kekanan, beliau kelihatan tertawa, ketika melihat kekiri, beliau
menangis.Hal ini ditanyakan Nabi dan dijawab oleh Jibril bahwa itulah
roh-rohanak keturunan Adam.Yang sebelah kanan adalah ahli surga dan sebelah
kiri adalah ahli neraka.
Kemudian
Rasulullah melanjutkan Mi’rajnya ke langit kedua.Di langit ini, Nabi bertemu
dengan Nabi Isa dan Yahya. Sambutan, salam, penghormatan dan doa pun diberikan
keduanya kepada Nabi Muhammad sebagai sikap seorang saudara terhadap saudaranya
yang bertandang. Perjalanan dilanjutkan ke langit ketiga dan beliau bertemu
dngan Nabi Yusuf.Sikap penghormatan dan ketakziman diberikan Yusuf kepada
saudaranya.
Beliau
melanjutkan perjalanannya ke langit keempat dan bertemu dnegan Nabi Idris,
manusia pertama yang menenalkan system baca tulis, mengenalkan mesin jahit,
pengolahan besi dan logam serta memperkenalkan seni musik. Nabi Idris pun
memberi sambutan selayaknya sebagai seorang saudara. Perjalanan dlanjutkan ke
langit kelima dan bertemu dengan Nabi Harun.Rasulullah naik ke langit keenam
dan berjumpa dengan NAbi Musa.Saat itu, Nabi Musa sedang ebrsedih dan
mengatakan kepada Rasulullah, “Karena saya mengetahui bahwa seorang epmuda yang
diutus oleh Allah di masa sesudah saya, umatnya akan lebih banyak masik surga
daripada umat saya.”
Perjalanan
dilanjutkan ke langit ketujuh, Beliau bertemu dengan Nabi Ibrahim. Diatas
langit ketujuh inilah Rasulullah diperlihatkan Baitul Makmur, sebuah rumah
ibadah (masjid) para malaikat yang setiap harinya ada 70.000 malaikat yang
memasukinya, apabila mereka keluar maka mereka tak akan bias memasukinya
kembali. Letak Baitul Makmur persis sejajar dengan letak Ka’bah, apabila jatuh,
tentulah persis diatas Ka’bah. Hl ini sesuai dengan hadist Nabi yang
diriwayatkan oleh Imam ath-Thabarydari sanad Said bin Abi “Arubah dari Qatadah.
Kemudian Nabi dinaikkan ke Sidrratulmuntaha atau al
Mustawa dimana Rasulullah melihat adun-daun sidrah
yang lebar dengan buah-buah yang besar-besar. Dari sidrah itu terbit emoat aliran sungai, yang dua adalah sungai
surga, yang dua adalah sungai Nil dan Eufrat. Kemudian, Nabi disodori tiga buah
bejana yang berisi arak,madu dan susu, dan rasulullah memilih susu yang
dikomentari Jibril bahwa itulah fithrah
(asal kejadian yang masih suci dan murni) dimana Rasulullah dan umatnya berada.
Rasulullah juga melihat sidrah itu tertutupi berbagai warna yang tidak bisa diketahui
keadaan yang sesungguhnya dan tidak bisa dilukiskan. Disana pula Nabi mendengar
gerak gerik dan suara al-qalam (pena
Allah) yang selalu menuliskan segala kejadian.Diantara Sidratulmuntaha juga
terdapat surga, dimana Nabi melihat wujud Jibril yang sesungguhnya. Kemudian
Rasulullah dibukakan hijab, lalu beliau menerima wahyu dari Allah. Rasulullh
menerima wahyu sholat lima waktu dari 50 kali yang diterimanya dengan baik dan dibawanya
sebagai kewajiban bagi umatnya.
Awalnya, Nabi menerima perintah sholat 50 kali. Namun,
pada saat turun, ketika sampai pada Nabi Musa, Nabi SAW ditanya tentang apa
yang diperintahkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad untuk umatnya. Rasulullah
menjawab, sholat lima puluh kali sehari semalam. Nabi Musa menganjurkan supaya
Nabi Muhammad kembali ke hadirat Allah memohon keringanan kewajiban berat
tersebut. Nabi mUsa berkata bahwa, beliau yakin umat Nabi Muhammad tak akan
sanggup mengerjakan. Beliau sudah menguji umatnya, Bani Israil, ternyata tidak
sanggup melakukannya seperti itu. Ditambah, menurut beliau, umat Nabi Muhammad
perawakannya kecil, umurnya pendek, hatiny lemah dan mudah dipengaruhi oelh
sesuatu.
Akhirnya Nabi menghadap ke hadirat Allah untuk meminta
kekurangan dan dikurangi lima kali. Namun, setiap bertemu dengan Nabi Musa
selalu diminta untuk memohon keringanan. Nabi kembali dan dikurangi lima kali.
Begitu seterusnya hingga sampai lima kali sehari semalam. Namun, Nabi Musa
masih menganjurkan untuk meminta keringanan lagi. Jawab Nabi, beliau malu untuk
meminta keringanan lagi karena Allah sudah menetapkan holat lima waktu itu dan
tidak perlu dikurangi. Namun, meskipun demikian, pahalanya tetap dan tidak
diubah atau dikurangkan, pahalanya tetap 50 waktu, serta tiap-tiap orang yang
melakukan kebajikan seklai, mendapat pahala sepuluh kali, dan barangsiapa yang
melakukan kejahatan sekali maka hanya akan ditulis sekali dosanya.
Nabi Musa menanggapi bahwa, umat Nabi Muhammmad sangat
beruntung, karena umurnya pendek, amalanya sedikit namun pahalanya besar. Nabi
pun berpamitan dan Nabi Musa mengucapkan selamat jalan. Rasulullah juga diajak
ke surga menyaksikan keindahan-keindahan dan kesenangan.
D. Tentang Isra’ Mi’raj
Peristiwa ini merupakan hal yang unik dan diluar batas
pemahaman atau taraf berpikir manusia. Apalagi dengan keadaan masyarakat pada
Zaman Rasulullah mengalami kejadian tersebut.Bisa dikatakan, pemikiran pada
zaman tersebut sangat tradisional atau jalan berpikir dari masyarakat Arab
jaman itu sangat tradisional.Sehingga bagi mereka perjalanan Nabi tersebut
diluar nalar.Namun, ada juga yang yang mempercayai perjalanan Nabi
tersebut.Salah satu orang yang percaya mengenai perjalanan Nabi adalah Abu
Bakar.
Abu bakar mempercayai perjalanan Nabi tersebut, seketika
setelah Abu Bakar mendengar berita tersebut, kemudian Abu Bakar bertanya pada
Nabi tentang sifat atau cirri-ciri dari Masjid al-Aqsa, karena Abu Bakar sudah
pernah pergi ke Masjid al-Aqsa. Setelah Nabi bercerita tentang sifat atau cirri
dari Masjid al-Aqsa kepada Abu Bakar, Abu Bakar membenarkan semua cerita
Nabi.Setelah itu, Nabi berkata pada Abu Bakar; “Engkau Abu Bakar orang yang
suka sekali membenarkan yang benar.”Sejak hari itu Abu Bakar dinamakan dengan
“As-Siddiq”.
Tanggapan
masyarakat pada waktu itu tergolong kedalam 3 golongan yaitu :
a.
Kelompok yang membenarkan adanya
isra’ mi’raj
b.
Kelompok yang ragu-ragu terhadap
peristiwa tersebut
c.
Kelompok yang tidak percaya
peristiwa tersebut bahkan secara terang-terangan menolak adanya peristiwa tersebut.
Ada
beberapa pendapat mengenai detail jumlah berapa kali dan kapan Isra’ Mi’raj ini
terjadi. Secara umum, sudut pandang para ulama dapat dibagi menjadi
(Sholikhin,2013:46-49) :
1.
Jumhur ulama, para ahli hadist, para ahli fiqh, dan
ahli ilmu kalam Isra’ Mi’raj terjadi semalam dan dilakukan Rasulullah dalam
keadaan terjaga, serta dengan jasad dan ruh beliau. Menurut Ibnu Hajar dalam Ftah
al-Bari bi Syarh Shahih Imam al-Bukhari, menambahi bahwa pendapat ini
berdasarkan dalil-dalil yang autentik, kabar-kabar yang nyata, dan
hadist-hadist yang shahih, sehingga diyakini benar-benar jelas dan tidak
memerlukan takwil lagi.
2.
Ibnu Masarah dan kawan-kawannya berpendapat bahwa
MI’raj hanya terjadi didalam mimpi dan terjadi dua kali dalam dalam diri
Rasulullah. Pertama dalam keadaan mimpi sebagai persiapan dan penjajagan, dan
kedua dalam keadaan terjaga.
3.
Al Mulhib pen-syarah al Bukhari, seperti yang
diungkapkan Tha’ifah, Abu Nashr bin al-Qusyairi dan Abu Sain dalam Syaraf al
Mushthafa, bahwa Rasulullah telah melakukan Mi’raj berkali-kali, kadang
dalam keadaan terjaga, kadang dalam keadaan mimpi.
4.
As Suhali, Ibnu Arabi, dan kelompoknya berpendapat
bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi dalam mimpi. Hal ini senada dengan hadist
yang diriwayatkan Syarik bin Abdullah dari Anas bin Malik : “Peristiwa Isra’
terjadi dalam mimpi sebelum Muhammad bin Abdullah diangkat menjadi Nabi dan
Rasul, serta sebelum masa peahyuan.” Namun, tidak ada ulama yang membenarkan
riwayat ini.
5.
Para ahli hadist yang lahir dalam kurun terakhir
berpendapat bahwa Isra’ terjadi pada suatu malam dan Mi’raj terjadi dalam mlam
yang lain.
6.
Sebagian umat Islam berpendapat bahwa peristiwa Isra’
terjadi dalam keadaan sadar, sedangan Mi’raj terjadi dalam keadaan mimpi.
7.
Sebagian umat Islam berpendapat bahwa peristiwa Isra’
Mi’raj terjadi di Madinah . Pendapat ini tidak mempunyai dasar argumen yang
bias dipertanggungjawabkan. Pendapat yang mengatakan bahwa peristiwa itu
terjadi sebelum pengangkatan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul dan peristiwa ini
terjadi lebih dari semalam tidak bias diterima dan bahkan dikesampingkan.
Bagi Allah, semua yang Dia kehendaki
pasti terjadi dan tidak akan pernah gagal. Seperti yang telah disebutkan dalam
Al-Qur’an surat Hud ayat 107 :
Artinya : mereka kekal didalamnya
selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain).
Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.
*Alam akhirat mempunyai langit dan bumi tersendri.
Ayat
diatas mengartikan bahwa apapun yang telah dikehendaki Allah pasti terlaksana
dengan nyata.Jika dilihat dari segi hukum aqli, peristiwa Isra’ Mi’roj termasuk hukum jaiz aqli
artinya peristiwa ini termasuk perkara yang dapat terjadi dan bukan hal yang
mustahil dan aneh.Allah Maha Berkuasa dan Berkehendak, sehingga peristiwa ini
tak mungkin mustahil atau hanya karangan orang terdahulu saja. Isra’
Mi’raj merupakan kehendak-Nya untuk mengetes keimanan seseorang dan menunjukkan
kekuasaannya yang tak terbatas.
Sebagai perbandingan, Allah telah menciptakan alam semesa
ini beserta isinya, mengatur alam semesta ini dengan begitu rapinya hingga tak
ada satupun planet yang bertabrakan, tidak ada planet yang berputar terlambat 1
detik pun, maka bukan hal yang mustahil bagi Allah untuk meng-Isra’ Mi’raj-kan
hambanya. Saat ini, dunia makin modern. Manusia mampu untuk menciptakan
berbagai alat yang dapat mempermudah hidup mereka, menciptakan alat yang sanagt
hebat. Dengan alat buatannya, manusia mampu untuk berkeliling dunia dengan
waktu sekejap, mengetahui apa yang terjadi di dunia pada saat yang sama,
berjalan-jalan di bulan, dan lain sebagainya. Manusia yang ciptaan Allah saja
mampu menciptakan hal yang sangat hebat, apalagi Allah yang menciptakan
manusia. Meng-Isra’ Mi’raj-kan hamba-Nya dengan ruh dan jasad Nabi Muhammad SAW
sekaligus adalah hal yang sangat mudah dan tidak mustahil bagi-Nya. Apalagi
Isra’ Mi’raj telah tercantum dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Peristiwa
Isra’ Mi’raj adalah peristiwa yang penuh hikmah bagi kehidupan manusia, yaitu
turunnya perintah sholat lima waktu.
E. Tafsir Al-Qur’an tentang Isra’ Mi’raj
Surat dalam Al-qur’an yang membahas secara eksplisit
tentang peristiwa Isra’ adalah Q.S. Al-Isra ayat 1. Surat ini terdiri atas 111 ayat,
termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamakan dengan Al Israa’ yang
berarti memperjalankan di malam hari, berhubung peristiwa Israa’ Nabi Muhammad SAW di Masjidil Haram di Mekah ke
Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis dicantumkan pada ayat pertama dalam surat ini.
Penuturan cerita Israa’ pada permulaan surat ini, mengandung isyarat bahwa Nabi
Muhammad SAW beserta umatnya kemudian hari akan mencapai martabat yang tinggi dan akan
menjadi umat yang besar.
Dalam kitab tafsir al-Bahr al-Muhith dikemukakan sebuah
riwayat dari Abu al-Qasim Sulaiman al-Asya’ri yang menyatakan bahwa pada waktu
Rasullah, telah sampai pada kedudukan derajat tertinggi, melampauai berbagai
susunan yang membawanya pada ketinggian (arasy Allah), dalam tempat tertinggi
(al-ma’arij), Allah menyampaikan pada Rasullah, “Wahai Muhammad, dengan cara
bagaimana engkau akan memuliakan dan meninggikan Allah Swt.?” Nabi Muhammad
dalam mi’rajnya menjawab, “Wahai Tuhanku, (kami akan memuliakan-Mu) dengan cara
menisbatkan diriku pada-Mu melalui al-‘ubudiyah (penyembah total, aneka ritual
peribadatan).” Maka kemudian Allah menurunkan surah al-isra ayat 1 tersebut.
(Tafsir Hadaiq al-Rauh wa al-Raihan, XVI/10 dalam Solikhin,2013:2).
Adanya peristiwa Isra’ mi’raj telah dituliskan oleh Allah
dalam surah – surahnya, adapun surah dalam al-qur’an yang paling jelas
memaparkan tentang kejadian isra’ adalah Q.S Al Isra ayat 1 yang dalilnya
sebagai berikut :
Artinya : “Maha Suci Allah, yang telah
memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha
yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagaian
dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi
Maha Melihat”
Menurut
Agus Mustofa dalam bukunya yang berjudul Terpukau di Sidrotul Muntaha dari ayat tersebut, ada 8 kata kunci
yang dapat menuntun pemahaman kita tentang perjalanan malam Rasulullah SAW,
yaitu :
- Maha Suci Allah yang,
(Subhanalladzii)
- Memperjalankan (asraa)
- HambaNya (‘abdihi)
- Malam Hari (Laila)
- Dari Masjidil Haram ke Masjidil
Al-Aqsha)
- Kami Berkati sekelilingnya
(baaraknaa haulahu)
- Tanda-tanda kebesaran Allah
(linuriyahu min aayaatina)
- Allah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat (innahu huwassamii’ul ‘bashiir)
Yang pertama, Cerita tentang Isra’ di dalam firman Allah tersebut dimulai dengan kata Subhaanalladzi
(Maha Suci Allah yang), dari awalan tersebut dapat ditangkap bahwa Allah ingin
memberi penegasan pada kita bahwa perjalanan Rasulullah SAW bukanlah perjalanan
biasa. Melainkan sebuah perjalanan yang luas biasa.Hal tersebut karena kata
Subhanallah diajarkan untuk diucapkan ketika kita menemui suatu kejadian yang
luar biasa atau menakjubkan. Maka ketika Allah memulai ayat Isra’ tersebut
dengan kata Subhanallah, dapat ditangkap bahwa Allah akan bercerita tentang
sesuatu yang luar biasa di kalimat-kalimat berikutnya. Sebagai pendukungnya
banyak ayat yang mengajarkan kita untuk mengucap Subhaanailaah yaitu QS.Ali
Imran 190-191, QS.Al A’raaf 54.
Kata
kunci yang kedua yaitu asraa yang artinya memperjalankan.Kata tersebut berarti
bahwa, perjalanaan luar biasa itu bukan kehendak Rasulullah SAW sendiri,
melainkan kehendak Allah.Allahlah yang telah memperjalankan Muhammad SAW.
Dengan kata lain Rasulullah SAW tidak akan mampu melakukan perjalanan tesebut
atas kehendaknya sendiri, karena perjalanan ini terlalu dahsayat bagi seorang
manusia. Sehingga Allah mengutus malaikat Jibril untuk membawa Rasulullah
melakukan perjalanan.Jibril dipilih Allah karena Jibril adalah mahluk dari
langit ke tujuh yang berbadab cahaya sehingga dapat melintasi dimensi yang
kasat mata.Selain itu Rasulullah juga ditemani oleh Buraq, yang merupakan
mahluk berbadan cahaya yang berasal dari alam malaikat yang dijadikan
tunggangan selama perjalanan tersebut.Buraq ini berasal dari kata barqun yang
berarti kilat.
Poin yang ketiga, adalah bi’abdihi yang berarti hambaNya. Ada dua makna yang
terkandung dalam kata ini.Pertama, kata ‘abdi menggambarkan bahwa Rasulullah
SAW diperjalankan sebagai menusia seutuhnya (jiwa dan raganya).Karena kata
hamba menunjuk kepada totalitas diri seorang manusia.Makna keduanya adalah
tidak sembarang orang bisa melakukan perjalanan seperti yang dialami Rasulullah
SAW.Yang dapat melakukan perjalanan ini hanya orang yang sudah mencapai
tingkatan tertentu di dalam kualitas ber-agamanya yaitu ‘abdihi – hamba Allah.
Poin yang ke empat adalah laila yang berarti malam hari. Perjalanan ini dilakukan malam hari
alasanya dapat dikaitkan dengan kata kunci kedua.Yaitu bahwa perjalanan ini
dijalankan oleh kehendak Allah.Sehingga agar nabi bisa mengikuti kecepatan
Malaikat dan Buraq, maka badan Nabi diubah menjadi badan cahaya oleh Jibril.Hal
terebut sesuai dengan penjelasan malam hari, karena pada siang hari radiasi
sinar matahari sangat kuat sehingga dapat membahayakan badan Rasulullah SAW
yang sebenarnya bukan badan cahaya.Selain itu malam hari juga memiliki arti
penting dalam melakukan komunikasi dengan Allah.Sesuai dengan perintah Allah
untuk melakukan shalat malam yang bernilai tinggi, yaitu shalat tahujut.Yang
salah satu alasanya adalah pada malam hari jiwa kita menjadi lebih fokus dan khusyuk sesuai dengan QS Al
Muzammil ayat 6.
Dari point ketiga dan keempat disebutkan bahwa Nabi
Muhammad dibelah dadanya sampai pusar untuk dicuci hatinya dengan air zam-zam.
Pernyataan tersebut didukung oleh beberapa riwayat hadist yaitu :
“ Riwayat Anas
bin Malik dari Malik bin Sha’Sha’ah (Shahih al-Bukhari, no.3207)Sahabat
al-Qatadah berkata : Telah mengisahkan kepada kami Anas bin Malik, dari Malik
bin Sha’sha’an, ia telah berkata : Telah bersabda Nabi Muhammad SAW : “Ketika
aku di al-Bait (yaitu Baitullah atau Ka’bah) antara tidur dan jaga”, kemudian
datang menemuiku salah seorang lelaki dari tiga orang diantara dua orang
laki-laki. “Lalu didatangkan kepadaku bejana dari emas yang dipenuhi dengan
kebijaksanaan dan keimanan.Kemudian aku dibedah dari tenggorokan hingga perut
bagian bawah.Lalu hatiku dibasuh dengan air zamzam, kemudian diisi dengan
kebijaksanaan (hikmah) dan keimanan.Dan didatangkan kepadaku seekor binatang
bukan bughal (peranakan kuda dan kedelai) dan lebih besar dari pada kedelai
(yaitu Burak)”.”
“Riwayat Anas bin Malik (Shahih Muslim, 162, kitab al-Iman, bab
Isra)Dari Anas bin Malik, ia telah berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW :
“Aku didatangi mereka (malaikat), kemudian mengajakku ke sumur zam-zam. Lalu
dadakudibedah, kemudian dibasuh dengan air zamzam.Lalu aku dikembalikan”.”
Poin yang kelima dari masjid ke masjid, Kemungkinan perjalanan dilakukan dari
masjid ke masjid karena didalam masjid terdapat banyak energi positif. Hal itu
karena masjid digunakan sebagai tempat untuk berbuat kebaikan seperti shalat,
dzikir dan sebagainya. Contohnya saja rumah akan terasa nyaman dan dingin bila
dipakai untuk shalat, dzikir dan kebaikan lainnya. Apalagi masjidil haram dan
masjidil Aqsa yang merupakan masjid
berusia ratusan tahun pasti menyimpan energy positif yang luar biasa besar. Dan
hubunganya dengan perjalanan itu adalah terkait dengan badan Rasulullah yang
telah berubah menjadi cahaya maka perlu penyesuaian dengan perubahan itu,
begitupula dengan tempat keberangkatan dan kedatangan. Ketika Nabi
Muhammad SAW sampai di Masjidil Aqsa, beliau bersama dengan malaikat Jibril
menunaikan shalat dua rakaat. Pernyataan tersebut didukung dengan riwayat
hadist, sebagai berikut :
“Riwayat Anas bin Malik (Sahih Muslim, No.234)Hadist riwayat Anas bin
Malik ra., ia berkata : Bahwa Rasulullah saw., bersabda : “Aku didatangi Burak.
Lalu aku menunggangnya sampai ke Bait al-Maqdis.Aku mengikatnya pada pintu
masjid yang biasa digunakan mengikat tunggangan oleh para nabi.Kemudian aku
masuk ke masjid dan mengerjakan salat dua rakaat. Setelah aku keluar, jibril
datang membawa bejana berisi arak dan bejana berisi susu. Aku memilih susu,
Jibril berkata : “Engkau telah memilih fitrah.” Lalu Jibril membawaku naik ke
langit. …”
Poin yang ke enam, diberkahi sekelilingnya, Perjalanan yang dilakukan Rasulullah
memang tidak lazim, maka Allah mempersiapkan fasilitas untuk menjaga
kelancarannya. Kata kunci keenam ini menggambarkan betapa Allah terus
mengendalikan proses perjalanan tersebut dan memberkahi sekelilingnya agar
tidak muncul kendala yang berarti,
Poin yang ketujuh, diperlihatkan tanda-tandanya, Salah satu tujuan Allah membimbing
Rasulullah melakukan perjalanan ini adalah untuk memperlihatkan tanda-tanda
kebesaran Allah atas alam semesta ini kepada Rasulullah Muhammad SAW. Selain
itu perjalanan ini dimaksudkan untuk memantapkan hati Rasulullah SAW setelah
beliau mengalami tekanan bertubi-tubi dalam perjuangan menyebarluaskan agama
islam. Hal tersebut juga terjadi pada rasul-rasul yang lain seperti nabi Musa yang
bertapa di gunung Sinai(QS Al A’raf 143), nabi Yunus yang ditelan ikan (QS Al
Anbiya’ 87), Nabi Ibrahim yang menghidupkan burung yang telah mati (QS Al
Baqarah 260), Nabi Ayyub yang penyakitnya tak kunjung sembuh (QS Shaad 34 &
41). Melalui perjalanan ini Rasulullah dapat menceritakan semua keindahan yang
beliau lihat secara detail, karena setelah perjalan ini Nabi memiliki
peningkatan kemampuan melihat dimenci-dimensi lebih tinggi di alam
semesta.Selam perjalanan Allah telah membuka hati beliau, sehingga menjadi
kasyaf atau terbuka.
Poin yang kedelapan, Maha mendengar dan maha melihat, Kata kunci terakhir ini adalah
kalimat penegasan terhadap informasi kalimat sebelumnya. Dengan adanya kalimat
ini seakan-akan Allah memberikan jaminan kepada kita bahwa apa yang telah Dia
ceritakan dalam ayat ini adalah benar. Hal itu karena berita iini datang dari
Allah, Tuhan yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat, maka tak perlu ada keraguan
tentang kisah Isra’.
Tafsir Q.S Al-Isra’ ayat 1 menurut
Ibnu Katsir
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Lubabah, aku pernah
mendengar ‘Aisyah ra. menceritakan: “Rasulullah SAW membaca surah al-Israa’ dan
az-Zumar pada setiap malam.”
“Dengan menyebut Nama Allah Yang Mahapemurah lagi Mahapenyayang.”
“1. Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (al-Israa’: 1)
“Dengan menyebut Nama Allah Yang Mahapemurah lagi Mahapenyayang.”
“1. Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (al-Israa’: 1)
Allah memuji diri-Nya sendiri, mengagungkan kedudukan-Nya,
karena kekuasaan-Nya atas apa yang tidak dikuasai oleh siapapun selain Dia.
dengan demikian, tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi) selain Dia dan tidak
pula ada Rabb selain diri-Nya saja. alladzii
asraa bi’abdiHii (“Yang telah memperjalankan hamba-Nya.”) yaitu Muhammad. Lailan (“pada suatu malam.”) yakni pada
sebagian malam. Minal masjidil haraami
(“Dari masjidil Haram”) yaitu masjid di Makkah. Ilal masjidil aqshaa (“Menuju ke Masjidil Aqsha.”) yaitu Baitul
Maqdis yang terletak di Iliya yang merupakan pusat para Nabi dari sejak Nabi
Ibrahim al-Khalil as.
F. Konsep Sains yang Berhubungan dengan Isra’
Kita ketahui peristiwa isra’ mi’raj sangat jauh dari
nalar manusia, sehingga banyak orang yang mengganggap bahwa peristiwa ini jauh
dari kebenaran. Namun dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan dengan
ditemukannya berbagai teori, kebenaran peristiwa isra’ mi’raj sedikit-sedikit
mulai terungkap. Adapun teori-teori yang berkaitan dengan peristiwa isra’
mi’raj ini adalah teori tentang kecepatan cahaya dan teori relativitas yang
dikemukakan oleh Eistein.
1.
Kecepatan Cahaya
Keberadaan cahaya dibumi ini memang sangat banyak dampaknya
pada kehidupan manusia, sehingga tidaklah berlebihan apabila banyak ilmuan yang
tertarik untuk mengkaji tetang cahaya secara lebih mendalam.Akibatnya dari
berabad-abad yang lalu telah banyak dilakukan penelitian tentang cahaya baik
itu sifatnya, ataupun materinya.
Ada beberapa teori yang berkembang,
teori yang paling lama ada teori tentang partikel cahaya, kemudian teori yang
dikemukakan oleh Huygens yang mengatakan bahwa cahaya adalah gelombang,
kemudian dilanjutkan teori tentang cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang
dikemukakan oleh Maxwell serta yang sekarang masih berkembang, teori tentang
kuantum cahaya. Berikut kami jelaskan secara rinci mengenai perkembangan teori
cahaya.
a.
Teori
Partikel Cahaya oleh Newton
Menurut teori
partikel cahaya yang dikemukakan oleh Newton, cahaya terdiri dari zarah halus
(partikel zirim) yang memancar pada semua arah dan sumbernya, oleh karena
mempunyai partikel yang sangat kecil, banyak sekali dari pertikel ini yang
berjalan berdampingan didalam seberkas cahaya.
b. Teori gelombang oleh Huygens
Menurut teori gelombang yang dikemukakan oleh Christisan
Huygens cahaya adalah gelombang, karena bergerak dengan sangat cepat.menurut
Huygens, seberkas sinar cahaya di bentuk oleh gelombang kecil dan sumber cahaya
memamcarkan gelambang cahaya kesegala arah.
c. Teori gelombang elektromagnetik oleh Maxwell
Teori gelombang oleh
Huygens kemudian dilengkapi dengan munculnya teori gelombang
elektromagnetik yang dikemukakan oleh William Herschel dan James Clerk Maxwell,
Herchel menemukan adanya cahaya infra merah diluar ujung spektrum yang kasat
mata. Jika suatu arus listrik dialirkan maju mundur, arus itu dapat
menimbulkan gelombang elektromagnetik
yang berubah-ubah yang memancar keluar dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Perhitungannya menunjukkan bahwa gelobang elektromagnetik itu memancar pada kecepatan
cahaya, sehingga Maxwell menyimpulkan bahwa cahaya itu sendiri adalah bentuk
gelombang elektromagnetik.
d. Teori kuantum cahaya oleh Max Planck
Menjelang abad ke 19 para pakar berpendapat bahwa cahaya dan
bentuk pancaran (radiasi) elektromagnetik yang lain merupakan aliran energi
yang berkesinambungan. Namun, Max Planck (1858-1947) mengajukan pendapat bahwa
energi didalam radiasi tidaklah
berkesinambungan, tetapi terdiri dari paket-paket kecil atau kuanta. Ia
menunjukkan bahwa pada kondisi-kondisi tertentu cahaya dapat dinnyatakan
sebagai kumpulan partikel, seperti yang dikemukakan oleh Newton.
Pengukuran kecepatan cahaya memerlukan teknik khusus.Cara
yang pertama kali ialah pengukuran berdasarkan skala ukur yang besar, yaitu
berdasarkan astronomi. Adapun cara kedua adalah cara teresterial, yaitu dengan
alat laboratorium serta pengamatan sepenuhnya dibumi tanpa melibatkan gerakan
benda angkasa.
a.
Percobaan
oleh Galileo
Percobaan pertama mengukur
kecepatan cahaya menerapkan suatu cara yang dikemukakan oleh Galileo. Dua orang
pengamat masing-masing berdiri dipuncak dua bukit yang terpisah oleh jarak –
jarak satu mil.Masing-masing dilengkapi dengan sebuah lentera dan percobaan
dilakukan pada waktu pada malam hari.Mula-mula salah seorang membuka tutup
lenteranya.Pada saat cahaya lentera itu terlihat oleh yang seorang Lagi, orang
yang kedua juga membuka lenteranya, kemudian
mereka mencatat waktu mereka melihat masing-masing cahaya dari rekannya.Percobaan ini
asasnya betul, namun angka yang diperoleh kurang teliti untuk selang waktu
sekian diperoleh kecepatan cahaya yang sangat besar.
b.
Percobaan
oleh Romer
Selain cara yang dikemukakan Galileo tersebut banyak cara
hingga diperoleh kesepakatan besarnya kecepatan cahaya adalah sebesar 3 x 108
m/s. Cara perhitungan kecepatan cahaya yang lain ialah dengan cara Romer. Romer
menghitung kecepatan cahaya berdasarkan variasi gerhana planet Yupiter oleh
salah satu satelitnya.Dari pengamatannya diperoleh nilai periode 15 detik,
ketika bumi berada segaris dengan diantara Matahari dan Yupiter.
Perbedaan periode sebesar 15 detik ini tentu sama dengan
selang waktu dipergunakan cahaya untuk menempuh jarak yang sama dengan jarak
yang ditempuh bumi yang bergerak dengan kecepatan 29,6 km/detik itu selama
periode gerhana selama 48 jam 18 menit, 16 detik. Sehingga kecepatan cahaya C
diberikan oleh persamaan :
c.
Percobaan
oleh Bradley
Cara yang selanjutnya ialah Bradley.Bradley menentukan
kecepatan cahaya berdasarkan aberasi, yaitu ketampakan bergeraknya
bintang-bintang sepanjang lingkaran kecil karena peredaran bumi mengelilingi
matahari.
d.
Percobaan
oleh Fizeau
Pada tahun 1849 Fizeau, seorang sarjana Prancis, menghitung
kecepatan cahaya dengan berdasarkan ukuran jarak dibumi.Bagian alat yang
digunakan kemudian kita kenal dengan alat Fizeau. Besarnya kecepatan cahaya menurut
fizaeu ialah :
Metode yang diterapkan
Fizaeu diperbaiki oleh Foucolt, dengan menggantikan roda bergerigi dengan
sebuah cermin putar bersisi delapan.Cahaya yang mengenai satu muka cermin dan
dipantulkan dari cermin putar lalu teleskop pangamat.Saat cermin berputar 1/8
bagian, muka lainnya dari cermin tersebut berada pada posisi yang tepat bagi
cahaya yang dipantulkan untuk masuk teleskop. Hasil perhitungannya memiliki kecermatan yang lebih dari pada
hasil perhitungan Fizaeu. Sehingga menurut
Cohen, Dumond dan Rollet harga yang paling teliti untuk kecepatan cahaya adalah
2,997930 x 105 km/detik (Nurkhamidah:2015 hal 76)
Dalam makalah ini, kami lebih berfokus pada
perhitungan yang dilakukan oleh Fizaeu yang kamudian disempurnakan oleh
Foucolt, karena cara ini banyak dibahas dalam buku-buku pegangan mahasiswa pada
materi Fisika Dasar. Selain itu, percobaan yang dilakukan oleh Foucolt ini
menggunakan eksperimen dalam skala kecil, sehingga ketelitiannya dari percobaan
teresterial bisa lebih tinggi atau akurat, dibandingkan dengan penelitian yang
dilakukan menurut perhitungan astronomi seperti yang dilakukan pada penelitian sebelumnya. Dan juga
perhitungan kecepatan cahaya menggunakan astronomi adalah menghitung rambatan
cahaya yang datang dari antar planet, sehingga kami takutkan dengan adanya
perbedaan rotasi antar planet dan perbedaan medan rambat dari cahaya,
menyebabkan perbedaan perhitungan mengenai rambatan cahaya tersebut.
Dengan banyaknya penelitian yang dilakukan
untuk menghitung tentang kecepatan cahaya, maka disepakati bahwa besaran untuk
kecepatan cahaya adalah 2,998 x 105 km/detik atau dibulatkan menjadi
300.000 km/detik. Pada abad ke-19 ilmuan besar Einstein mengemukakan bahwa
kecepatan cahaya adalah kecepatan tertinggi yang ada dialam ini (Wisnu:2009 hal
166)
2.
Relativitas
Teori
Relativitas membahas mengenai Struktur Ruang dan Waktu serta mengenai hal hal
yang berhubungan dengan Gravitasi.Teori relativitas terdiri dari dua teori fisika, yaitu
teori relativitas umum
dan teori relativitas
khusus. Theori relativitas khusus menggambarkan perilaku ruang dan waktu dari
perspektif pengamat yang bergerak relatif terhadap satu sama lain, dan fenomena
terkait.
Teorirelativitasumum Einstein yang
diterbitkanpadatahun 1915,
mengaitkangravitasidenganstrukturruangdanwaktu. Pada saat
menerbitkan teori relativitas, Einstein mendapatkan beberapa rumus matematis
yaitu
Dimana
:
= massa benda bergerak
= massa diam benda ( tak bergerak )
= kecepatan benda
bergerak
= kecepatan cahaya
Apabila kita tafsirkan rumus diatas, kita dapat
menemukan hubungan antara kecepatan benda bergerak dengan massa benda yang
bergerak. Mari kita simak beberapa ulasan berikut.
Kita asumsikan bahwa nilai v adalah suatu nilai yang besar dengan ketentuan
¨ Apabila v besar maka v2 besar,
¨
Apabila v2
besar, maka besar, dengan c2 adalah harga kecepatan cahaya yang
selalu konstan
¨ Apabila besar, maka kecil
¨ Apabila kecil, maka kecil
¨ Apabila kecil, maka besar
Jadi, apabila v besar maka m besar, artinya apabila kecepatan benda
bergerak besar maka massa benda yang bergerak juga besar, berlaku juga
sebaliknya.
Rumus Einstein lain yang berkaitan dengan
relativitas adalah E = mc2 , dimana E = Energi, m = massa dan c =
kecepatan cahaya, dalam rumus tersebut terlihat bahwa apabila benda yang
mempunyai massa diberikan kecepatan cahaya, maka akan menghasilkan suatu energi
yang sebanding dengan massa benda tersebut. Dikatakan sebanding karena apabila
massa suatu benda semakin besar, maka energi yang dihasilkan juga semakin
besar, begitu juga sebaliknya. Sehingga apabila kita hubungkan kedua rumus
relativitas ini, kita peroleh kesimpulan lain yang lebih jauh bahwa, semakin
besar kecepatan suatu benda yang bergerak, maka semakin besar juga energi yang
dihasilkan.
3.
Annihilasi dan
Teleportasi
Alam semesta ini diciptakan
berpasang-pasangan.secara umum alam terbentuk atas materi dan energi. Bisa
dikatakan materi adalah bentuk energi yang termampatkan.Sebagaimana konsep kesetaraan massa
dan energi yang dirumuskan oleh EinsteinE=mc2,
bahwa materi dalam kondisi tertentu dapat berubah menjadi energi, dan
sebaliknya energi dapat berubah menjadi materi. Setiap objek berwujud yang ada
dalam alam semesta ini, pada dasarnya tersusun atas materi-materi submikroskopik yang kita kenal
dengan istilah atom, proton dan neutron serta dikelilingi elektron.
Pasangan materi adalah anti
materi.Materi adalah objek bermassa positif sedangkan antimateri atau
antipartikel adalah objek bermassa negatif.Bagaimana materi dan antimateri bersatu
?,
Apabila kita berfikir sekilas, dengan
materi yang bermassa positif dan anti materi yang bermassa negatif, apabila
bertemu, maka tentu saja massa benda tersebut akan menjadi nol, lalu timbul
pertanyaan jadi apakah benda tersebut ?. Hal inilah yang nantinya ditegaskan
oleh teori annihilasi.
Teori
anihilasi mengemukakan bahwa setiap materi mempunyai anti materinya, Dan
jika materi direaksikan dengan anti materinya, maka kedua partikel tersebut
bisa lenyap berubah menjadi seberkas cahaya atau sinar gamma.Annihilasi disebut juga proses pemusnahan
terjadi ketika massa antimateri menghapus massa materi, sehingga keduanya
lenyap dan menjelma menjadi 2 foton gamma dengan massa yang bernilai nol.
Hal ini telah dibuktikan di laboratorium
nuklir bahwa jika partikel proton direaksikan dengan antiproton, atau elektron
dengan positron (anti elektron), maka kedua pasangan tersebut akan lenyap dan
memunculkan dua buah sinar gamma.
Sebaliknya,
proses penciptaan (creation) terjadi jika foton berada pada medan tertentu, maka foton akan
berproses menjadi materi hal inilah yang dinamakan Teleportasi. Hal inipun telah dicobakan di laboratorium nuklir bahwa apabila ada dua berkas
sinar gamma dengan energi sebesar tersebut dilewatkan melalui medan inti atom,
maka tiba-tiba sinar tersebut lenyap berubah menjadi 2 buah pasangan partikel
tersebut.Proses Annihilasi dan teleportasi ini bisa berlangsung
berulang-ulang seperti siklus.
Teori
Annhilasi dan teori Teleportasi adalah dua teori yang saling berkebalikan dari
segi konsepnya. Meskipun saling berkebalikan, tapi dua teori tersebut saling
berhubungan dalam proses perubahan suatu materi menjadi cahaya sampai kembali
menjadi materi kembali. Jadi, teori Annihilasi dan teori Teleportasi merupakan
dua teori yang saling berkaiatan serta bisa berlangsung berulang-ulang seperti
siklus.
Pada
pembahasan kecepatan cahaya pada poin diatas, kita mendapatkan sebuah
pengetahuan bahwa cahaya merupakan gelombang elektromagnetik, hal ini
sepertinya juga diyakini oleh Einstein, karena teori relativitasnya digunakan
untuk menjelaskan bahwa gelombang elektromagnetik bergerak secara konstan tidak
dipengaruhi oleh gaya grafitasi Newton. Yang berarti kecepatan gelombang
elektromagnetik yang merupakan kecepatan dari cahaya berlaku konstan dan tidak dipengaruhi
oleh gaya grafitasi.
Menurut
teori gelombang elektromagnetik, suatu berkas sinar akan tampak oleh mata
manusia apabila gelombang-gelombang yang dihasilkan cukup pendek sedangkan
gelombang yang lemah itu, memancarkan gelombang yang sangat panjang sehingga
manusia tidak mampu melihatnya (Nurkhadimah:2015, hal 59)
Proses annihilasi menghasilkan sinar gamma, sinar gamma
merupakan salah satu spektrum gelombang elektromagnetik yang memiliki frekuensi
paling besar dan panjang gelombang terkecil. Sehingga hasil dari poses
Annihilasi yang menghasilkan sinar gamma merupakan proses perubahan materi
melalui anti materi menjadi seberkas cahaya yang nampak oleh penglihatan
manusia.
G. Integrasi dan Interkoneksi antara Isra’ dan Sains Modern
Setelah kita mengetahui latar belakang dan proses isra’
mi’raj yang terdapat dalam Al-qur’an maka kita dapat mengintegrasikannya dengan
ilmu sains khususnya dalam perjalanan malam Nabi Muhammad dari Masjidil Haram
di Makkah ke Masjidil Aqsha di Palestina. Ada tahapan dari Isra’ yang dianggap
mustahil oleh sebagian orang, bahkan menganggap bahwa hal itu hanyalah
kebohongan semata. Namun, setelah adanya perkembangan ilmu pengetahuan yang
pesat, perlahan-lahan kemustahilan tersebut menemui titik terang. Bahkan konsep
sains yang ada dalam peristiwa Isra’ juga terdapat dalam Al-qur’an.
Dalam Al-qur’an Surat Al –Isra’ ayat 1
disebutkan bahwa perjalanan Nabi Muhammad SAW dilakukan dalam waktu yang sangat
singkat. Sehingga pada masa itu, peristiwa tersebut merupakan suatu
kemustahilan, mengingat bahwa kendaraan yang ada pada waktu itu adalah unta dan
keledai. Untuk melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil
Aqsha di Palestina. memerlukan waktu berbulan-bulan. Pada sekitar abad ke 18,
ilmuan-ilmuan seperti Galileo, Bradley menemukan suatu kecepatan yang sangat
cepat, yaitu kecepatan cahaya. Kemudian pada abad ke 19, Einstein juga
mengemukakan bahwa kecepatan cahaya merupakan kecepatan yang paling tinggi,
yaitu berkisar antara 2,998 x 105 km/detik atau dibulatkan menjadi
300.000 km/detik.
Jauh sebelum besaran tersebut
ditemukan, ternyata di dalam Al-qur’an telah memberikan informasi tentang hal
tersebut, yang terdapat dalam Al-qur’an As-Sajdah ayat 5, yang artinya :
“ Dia mengatur segala urusan dari langit ke
bumi, kemudian naik (kembali) kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya sama
dengan seribu tahun menurut hitungan kamu.”
Berdasarkan ayat di
atas, seorang ahli fisika dan matematika dari mesir yang bernama Mansour Hassab
El Naby berhasil menghitung kecepatan cahaya. Jarak yang dicapai sang urusan
selama 1 hari sama dengan jarak yang ditempuh bulan selama 1000 tahun atau
12.000 bulan. Jarak yang ditempuh oleh malaikat dalam 1 hari = jarak yang
ditempuh oleh bulan selama 1000 tahun atau 12.000 bulan.
c. t = 12.000 . L
Dimana, c adalah
kecepatan cahaya yang akan dihitung, t adalah waktu selama satu hari, dan L
adalah panjang rute edar bulan selama satu bulan.
Untuk menghitung
lebih lanjut, perlu diketahui bahwa dalam bidang astronomi dikenal 2 macam
sistem kalender bulan, yaitu :
1.
Sistem
Sinodik, yaitu kalender bulan yang didasarkan pada penampakan semu gerak bulan
dan matahari apabila dilihar dari bumi.
1 hari =
24 jam
1 bulan = 29,52059 hari.
2.
Sistem
sideral, yaitu kalender bulan yang didasarkan pada pergerakan relatif bulan dan
matahari terhadap bintang dan alam semesta. Berdasarkan sistem sideral ini :
1 hari =
23 jam 56 menit 4,0906 detik
1 bulan = 27,321661 hari.
Dalam
bidang astronomi pula, kecepatan bulan (v) ada 2 macam, yaitu :
1.
Kecepatan
relatif terhadap bumi, yang besarnya dapat dihitung berdasarkan persamaan
berikut.
v* = 2 π R / T
dengan R adalah jari-jari revolusi
bulan (384.264 km), T adalah periode revolusi bulan (655,71986 jam)
sehingga diperoleh harga v* = 3.682,07 km/jam.
2.
Kecepatan relatif terhadap bintang dan alam semesta
v = v*
. cos α
Bila dihitung lebih lanjut, maka
kecepatan cahaya diperoleh sebagai berikut.
C = 12.000 . (v* . cos α ) .
T/t
Sehingga diperoleh harga C = 299.792,5
km / detik.
Harga C tersebut merupakan hasil
terbaik untuk menentukan kecepatan cahaya.
Berdasarkan
penemuan perhitungan kecepatan cahaya di atas, maka dapat mendukung terjadinya
peristiwa perjalanan singkat Nabi Muhammad SAW. Tetapi, tidak mungkin bahwa
tubuh Nabi Muhammad SAW yang tersusun dari materi, dapat bergerak dengan
kecepatan cahaya. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa materi yang bergerak
menyamai kecepatan cahaya akan mengalami pergesekan yang sangat besar dengan
udara, sehingga akan menimbulkan panas yang sangat tinggi, dan akhirnya
terbakar dan hancur. Sehingga tidak mungkin apabila Nabi Muhammad melakukan
Isra’ dengan badan materinya. Pastilah ada sesuatu yang terjadi pada tubuh Nabi
Muhammad SAW. Padahal, dalam tafsir Q.S. Al-Isra’ ayat 1, dijelaskan bahwa jiwa
dan raga Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan Isra’. Hal tersebut dapat
didukung dengan adanya teori Annhilasi.
Teori
Annhilasi mengatakan bahwa suatu materi bisa berubah menjadi cahaya atau sinar
gamma jika direaksikan dengan anti materinya. Dalam pembahasan sejarah Isra’
Miraj pada sub bab sebelumnya, diceritakan bahwa sebelum berangkat Isra’, hati
Rasulullah disucikan menggunakan air zam-zam oleh malaikat Jibril karena hati
merupakan pusat energi pada tubuh manusia. Menurut Agus Mustofa, dalam bukunya
yang berjudul Terpukau di Sidratul Muntaha, Jibril melakukan manipulasi
terhadap sistem energi dalam tubuh Rasulullah saat proses pembelahan hati.
Seluruh badan material rasulullah di annhilasi oleh jibril menjadi badan
cahaya. Sebagai makhluk cahaya, Jibril sangat memahami proses annhilasi. Namun,
hingga saat ini, proses annhilasi baru dilakukan pada partikel yang berukuran
kecil. Karena ketika proses ini dilakukan pada manusia sebagai objeknya,
dikhawatirkan akan terjadi kesalahan yang mengakibatkan kematian.
Peristiwa
annihilasi dapat terjadi pada materi yang ada pada tubuh nabi Muhammad
SAW, selain karena Malaikat Jibril yang
melakukannya, ada energi positif yang sangat besar yang berasal dari masjid,
sebagai tempat peribadatan. Selain itu, selama perjalanan tersebut, Allah
memberkahi apa yang ada disekelilingnya agar badan Rasulullah tidak menjadi
badan materi sebelum waktunya. Jadi, dengan proses annhilasi yang terjadi pada
materi rasulullah, perjalan Isra’ menggunakan kecepatan cahaya mungkkin
terjadi. Kemudian untuk perubahan dari badan cahaya menjadi materi kembali juga
sudah ada teori yang mendukungnya, yaitu teori teleportasi.
Menurut
teori teleportasi, seberkas cahaya atau sinar gama, dapat berubah menjadi
partikel apabila melewati suatu medan tertentu. Jika dikaitkan dengan peristiwa
Isra’ dimana Rasulullah sampai di Masjidil Aqsha yang memiliki energi positif
yang sangat besar yang mampu mengubah badan cahaya Rasulullah menjadi badan
materi kembali. Sehingga proses teleportasi terjadi di Msjidil Aqsha. Hal ini
didukung dengan sejarah Isra’ yang mengatakan bahwa Rasulullah dan Jibril
melaksanakan Shalat Sunah 2 rakaat dalam bentuk materi.
Pada perjalanan malam dari masjidil haram ke masjidil
aqsha, Rasulullah mengunakan badan cahaya. Kemudian sesampainya di masjidil
Aqsha, Rasulullah berubah kembali menjadi badan materi. Proses tersebut dapat
kita jelaskan menggunakan teori Annihilasi dan teleportasi. Namun pada
perjalanan ketika Rasulullah naik ke Sidratul muntaha, kita tidak dapat
menggunakan kedua tersebut untuk mendukung adanya proses Mi’raj. Hal tersebut
dikarenakan badan Rasulullah telah menjadi badan materi kembali. Proses Mi’raj
dapat dijelaskan menggunakan teori relativitas waktu serta pengetahuan tentang
perjalanan dimensional atau perjalanan antar dimensi yang dapat di kaji lebih
mendalam lagi oleh pembaca.
BAB III
PENUTUP
Ranah
integrasi interkoneksi dari makalah kami adalah ranah filosofis. Ranah
filosofis yang kami maksudkan adalah keterkaitan antara ilmu fisika, kimia,
serta ilmu matematika, teori dalam fisika yaitu mengenai kecepatan cahaya serta
relativitas. Kemudian ilmu kimianya yaitu teori annihilasi dan teleportasi.
Untuk melakukan perhitungan dari kecepatan cahaya dan keterkaitannya dengan
teori lain menggunakan ilmu matematika. Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu
disiplin ilmu selalu bergantung pada disiplin ilmu lainnya. Model integrasi
interkoneksi yang kami gunakan dalam makalh ini adalah konfirmatif. Dalam hal
ini, ilmu fisika, kimia, dan matematika memberikan penegasan kepada disiplin
ilmu lain dalam mendukung kebenaran terjadinya proses Isra’ mi’raj.
Kesimpulannya,
peristiwa Isra’ Mi’raj dapat dinalar dengan menggunakan rasio dan didukung
menggunakan teori sains yang ada saat ini. Pada peristiwa Isra’ dapat didukung menggunakan
kecepatan cahaya dan teori relativitas. Kemudian dalam keadaan Rasulullah dalam
proses perjalannya dapat didukung dengan teori Annihilasi dan Teleportasi. Hal
tersebut juga sesuai dengan Q.S. Al-isra ayat 1. Kemudian untuk Mi’raj dapat
dijelaskan menggunakan teori relativitas waktu serta pengetahuan tentang
perjalanan dimensional atau perjalanan antar dimensi yang dapat dikaji lebih
mendalam oleh pembaca.
Saran untuk pembaca, diharapkan dapat mengkaji lebih
mendalam mengenai peristiwa Isra’ yang dikaitkan dengan sains modern agar dapat
diterima oleh seluruh umat islam pada khususnya, dan orang awam non islam pada
umumnya.
0 komentar:
Posting Komentar